Waktu itu aku lagi nyari buku lama. Tanpa sengaja aku menemukan Mekar, majalah SMA tempat kakakku dulu sekolah. Aku tertarik
Sebagai
penulis dan pengamat film (ngaku - ngaku!), aku udah baca novel dan film 5cm. Seperti
selazimnya yang terjadi apabila ada film yang diadaptasi dari novel, tentu kita
tak bisa menuntut bahwa dalam film tersebut tak mungkin menayangkan plot demi
plot yang terdapat dalam novel. Banyak yang dihilangkan maupun ditambahkan dalam
film itu. Logikanya, naskah setebal novel 5cm. Tak mungkin seluruhnya dapat
dituangkan dalam waktu kurang lebih dua jam. Dan buat kalian yang sudah nonton
atau baca 5cm, aku yakin kalian setuju
dengan perbandingan antara novel dan filmnya, menurut yang kuamati ketika survey
kemarin. Tapi buat kamu yang belum nonton ataupun baca, silahkan buktikan
sendiri.
Awalnya, aku agak enggan
membaca novel tebal dengan cover sangat sederhana (baca : kurang
menarik). Bayangkan saja, cover yang digunakan berwarna hitam dan hanya
bertuliskan judul 5cm (cover sebelum revisi). Dan aku mulai membaca isinya. Awalnya, aku merasa
membosankan, apa sih? kebanyakan basa - basi. Tapi yang bikin aku penasaran adalah
teman – temanku banyak yang bilang novel itu bagus. Dari situ aku memaksakan
untuk terus membaca, mencari bagian mana yang yang menarik.
Oke, ternyata membaca novel
bukan karena bagus tidaknya, tapi bagaimana kita mengapresiasi karya seni sastra
milik penulis. Ketika aku mulai enjoy membacanya, di situlah aku merasa asik
membaca novel yang bercover hitam dan hanya
bertuliskan 5cm. Karakter tokoh yang paling aku suka yaitu Genta, tentu
semua cewek setuju. Yaiyalah Genta yang keren, berwawasan luas dan berjiwa
leader, siapa coba yang gak suka. Genta yang diperanin sama Fedi Nuril emang cocok
banget karena image Fedi Nuril sudah tertanam sebagai leader di film
sebelumnya, Ayat – Ayat Cinta. Selain Genta, tokoh yang aku suka yaitu
Zafran. Cowok cungkring, gokil, dan doyan bersyair itu bener – bener bisa
membiusku. Apalagi yang mainin Herjunot Ali. Dan ketika mendengar kabar tentang
5cm. yang akan difilmkan, tentu aku sangat menunggunya.
Aku sadar Film yang kutonton
telah kuketahui alurnya dari novel. Tapi bukan itu yang menjadi tujuan utamaku. Kebanyakan
dari penonton film adaptasi novel memang cenderung survey ketika nonton
filmnya. Termasuk aku. Aku hanya ingin tahu bagian mana yang ditambah dan
dikurangi. Tapi film tetaplah film dan novel tetaplah novel, tak ada yang bisa
dikembarkan. Biarlah kedua seni itu berada pada jalannya masing – masing .
Petualangan dimulai. Aku tak
pernah tahu sebelumnya atau aku yang lupa. Tentang Ian yang telat dateng ke
stasiun sampe – sampe ngejar kereta api segitu parahnya. Dan hal yang paling aku
sayangkan adalah ketika rombongan 5cm. sudah sampai di Malang dan mulai menyewa
angkot, sebelum naik jip. Di angkot tersebut ada percakapan seru antara Ian dan
sang sopir. Yaitu tentang sepak bola. Sayang sekali bagian itu
dihilangkan. Padahal kalau kita mengkritik lewat bola tentu sangat menarik untuk
dibahas.
Selain itu ada tokoh
penting, meski bukan tokoh utama,tapi ikut mendukung ceritanya yang
dihilangkan.Deniek,mahasiswa Surabaya yang juga pecinta fotografi,sama dengan
Ian.Yang seharusnya satu jip dengan rombongan 5cm.Dari siru aku mengerti kenapa
karakter Deniek dihilangkan.Yah,endingnya yang seharusnya Adinda nikah sama
Deniek,tapi malah jadian sama Genta.Tapi untungnya,cerita tentang sahabat
Deniek yang hilang di perjalanan hiking Mahameru tetap tak dihilangkan.Jadi,kita
tetap mendapat value tentang persahabatan.
Apalagi tentang Ian melihat
kuburan,melihat mahasiswa memakai almamater yang ternyata sahabat Deniek.Juga
mitos Arcopodo yag dihilangkan.Dan satu lagi,saat mereka mencapai puncak
Mahameru,tidak ada upacara bendera(memperingati hari kemerdekaan,red).Tapi di
sana tetap diadakan pengibaran sangsaka merah putih.
Sebenarnya masih banyak yang
dihilangkan atau ditambahkan.Bukan masalah sebenarnya.Aku hanya mengamati
secara Objektif.Tanpa ada maksud tertentu.Apapun itu,aku yakin sang sutradara
dan segenap kru film pasti telah memilih scene mana yang terpenting dan paling
tepat untuk difilmkan.Aku gak nyesel nonton 5cm. Film itu bener – bener bikin
sakit perut,ngakak!Meski tokohnya bukan pelawak,tapi sangat profesional dengan
kegokilan mereka.Dan satu yang baru kusadari ketika aku nonton filmya.Sejak
baca novelnya,aku gak pernah tahu kenapa nama Sukonto Legowo gak boleh
digabung.Tapi ketika nonton filmya,seolah steker mencolokkan pada
stopkontak,langsung nyambung.Ya,,pokoknya,itu tuh...
Saya merekomendasikan anda
untuk membaca dan menonton 5cm.