Holiday Activity : New Experience at NJ #2
Juli 13, 2013
Lanjutan dari part 1
Saya kira Mojokerto – Probolinggo itu dekat. Ternyata salah
besar! Jauhnya...
sumpah deh.. Apalagi lokasi pesantren yang mau kami kunjungi itu terletak di desanya. Jadi, satu setengah jam perjalanan lagi dari kota Probolinggo. Akhirnya,kami tiba di Ponpes NJ (New Jersey,eh Nurul Jadid maksudnya), Paiton, Probolinggo tepat saat magrib. Sebetulnya kami bisa saja sampai sore, tapi gara – gara macet di jalan mana gitu aku lupa...ya itu yang bikin kami nyampe magrib ke NJ-nya.
sumpah deh.. Apalagi lokasi pesantren yang mau kami kunjungi itu terletak di desanya. Jadi, satu setengah jam perjalanan lagi dari kota Probolinggo. Akhirnya,kami tiba di Ponpes NJ (New Jersey,eh Nurul Jadid maksudnya), Paiton, Probolinggo tepat saat magrib. Sebetulnya kami bisa saja sampai sore, tapi gara – gara macet di jalan mana gitu aku lupa...ya itu yang bikin kami nyampe magrib ke NJ-nya.
Berhubung kami cewek, pastinya kunjungan kami ke pondok
putrinya. *yaiyalah, masa pondok putra? Bahaya !!Yah, tapi untuk menuju pondok
putri, harus melewati pondok putra terlebih dahulu. Untungnya, waktu kami datang
itu magrib, waktu di mana anak pondok biasanya beraktivitas ubudiyah(entah ngaji
ato apa,rata – rata pesantren gitu). Jadi, gak ada santri putra berkeliaran, gak
perlu takut melintasi pondok putra.
Oke, mungkin sebuah keuntungan datang di saat magrib karena
tidak perlu merasa takut saat melintas di pondok putra.
Tapi, kerugian banget pas nyampe di pondok putrinya. Pintu
gerbangnya DITUTUP! Dan kami terpaksa menunggu di luar. Dari luar kami mendengar
suara ngaji. Teman – temanku pada ngintip melalui celah gerbang.
“Heh Nay, lagi ta’ziran ta?Kok ada yang berdiri?”
“Mboh, iyo koyoane”
Sedangkan saya dan Ilvi, tak bisa mengintip karena postur
tubuh yang tak mendukung (bahasa yang diperhalus :)
). Jadinya saya dan Ilvi loncat – locat gak jelas tapi tetep aja gak bisa
ngintip. Bosen nunggu, akhirnya salah satu dari kami ngomong.
“Assalamualaikum”
“Gak usah dibukain, biar suruh maju ke keamanan”
Kami denger suara balesan kaya gitu. Mungkin kami dikira
santri kabur. Padahal kan, kami tamu. Entahlah, tapi akhirnya kami diizini masuk
juga :) .
Akhirnya kami masuk. Kesan pertama: pondok ini besar tapi
sederhana. Kalo dibandingin sama MBI (PP. Nurul Ummah), jauh!! MBI lebih
wah,lebih mewah,bukan bermaksud sombong.Tapi emang gitu. Dan yang saya heran, tak
ada batas yang jelas antara najis dan suci. Mungkin hanya santri sini yang
paham. entah.
Kami duduk di pendapa, tempat santri biasanya nongkrong ato
belajar. Dan di situ, kami disambut hangat anak – anak NJ. Orang – orang NJ tu
pada humble. Asyik. Kita langsung akrab. Dan yang paling gak bisa aku lupa, semua
orang yang ada di NJ baik orang Madura asli, orang Probolinggo, ato orang
luar, semuanya berlogat MADURA, dan itu sangat kental. Saya sebagai keturunan asli
Madura merasa kalah dengan logat yang mereka miliki. Bahkan, ketika saya bilang
saya dari Madura, mereka sempat tak percaya. Yeah, you’re not the first one saying
that.
Satu lagi yang berkesan dari NJ yaitu kamar mandinya. Saat
itu, karena dalam perjalanan, saya menjamak solat magrib dan isya’. Ketika mau
wudu, saya dan beberapa teman yang berhajat sama diantar ke tempat yang lumayan
jauh dari pendapa, mungkin saya lupa kalo disuruh balik lagi. Dan kamar mandinya
itu, gak ada pintunya! Sekali lagi, GAK ADA PINTUNYA!! Kamar mandinya berbentuk
seperti kubikel – kubikel gitulah, Cuma dibatasi tembok. Jadi,untuk mengetahui
ada orang di dalam kamar mandi itu atau tidak kita harus pake gayung. Kenapa?Mungkin
kalo di MBI, yang kamar mandinya berpintu semua, kalo mau memastikan ada orangnya
apa enggak dengan mengetok pintu terlebih dahulu.
“Does it take you long time?” atau “Mazilti towil?” atau “Who’s
turn after you?”
Dan waktu pintu kamar mandinya rusak, gak ada yang mau
make. Padahal airnya menggoda. Jadi Caranya, Gayung itu diketukkan pada tembok
kamar mandinya, jika ada suara yang menyahut, berarti ada orangnya. Jika tak
ada, maka anda bebas masuk ke kamar mandi tersebut. Atau lihat saja gayung yang
terdisplay jika kita mengintip sedikit. Jika ada gayung, berarti ada orangnya.
Menurut saya ini horor! Iyalah, masa kamar mandi gak ada
pintunya? Bagi saya kamar mandi adalah privasi. Pastinya harus tertutup.
Selesai solat, kami balik ngobrol – ngobrol lagi sama anak –
anak NJ. Semabri kita juga nanya masalah bahasa di pondok tersebut, karena memang
itu tujuan utama kami. Program bahasa di NJ tergantung dari minat si anak. Entah
dia mau mengikuti bahasa inggris atau bahasa arab. Jadinya seperti menjurus dan
terfokuskan. Bagus sih. Dan ada juga program unggulan, yang memadukan bahasa
arab, bahasa inggris dan kemampuan ipa. Tapi sekali lagi itu tergantung kemauan anak, mau
milih yang mana.
Lain halnya dengan di MBI. Kalo di MBI diWAJIBkan berbahasa
arab dan bahasa inggris,bergantian tiap minggu. Dan juga diWAJIBkan memiliki
kemampuan di bidang ipa. Mungkin terkesan tuntutan. Tapi dari situ, kita terbiasa
tahu. Entahlah.
Malam sudah mulai larut. Untuk urusan tidur sepertinya saya
kurang nyaman tidur di pondok ini. Bukan karena masalah materi. Tapi ada hal lain
yang lebih baik tak usah disebut J
. Akhirnya kami bermalam di rumah budenya Zahro, tidur di spring bed :). Kecuali Nayli, sebagai
alumni, mungkin dia merindukan masa – masa dia mondok dulu.
Zzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzz tidur.
Probolinggo,22 Juni 2013
Paginya kami kembali ke NJ, ini yang sangar. Ya, ini pagi, waktu
di mana semua orang memulai aktivitasnya. Termasuk anak NJ. Kebetulan mereka
masih ulangan waktu itu. Dan ketika kami lewat, sumpah sangar! Memang tak ada
batas antara laki – laki dan perempuan. Maksudnya, gak ada tembok yang membatasi
atau apa. Tapi lucunya, ketika di depan ada beberapa cowok melintas, kami para
cewek dari sisi seberang harus menunggu sampai cowok itu berlalu. Yah,seperti
lalu lintas. Haha, lalu lintas lawan jenis.
Sayangnya, kami datang terlambat. Semua santri sudah pada mau
berangkat sekolah. Jadi, gak bisa ngobrol lama kayak tadi malem. Tapi semua itu berkesan
untukku. Oh iya, aku gak sengaja ngeliat tembok di salah satu gedung sekolah NJ
ada tulisan : MASA LALU ITU SAMPAH. Dan
aku terinspirasi banget sama kalimat itu.
Entahlah, kunjungan ini membuatku sadar bahwa, memang benar
kata Pak Cecep, ”MBI itu sudah yang terbaik”. Ya, saya akui itu. Bukan bermaksud
apa, tapi, kunjungan ini semakin menyadarkan saya bahwa saya semakin mencintai
MBI, saya rindu MBI. Yah, saya bersyukur masuk MBI, bukan pesantren lain. Karena
memang saya alumni SMP NEGERI, bukan lulusan pesantren atau MTs. Jadi Tidak
terlalu shocking dengan keadaan pondok. Karena memang MBI pesantern yang
fasilitasnya lebih baik daripada pesantren salaf. Yah, saya ngerasa MBI itu
pesantren modern, tapi pak kyai sendiri bilang kalo “ini adalah salaf,bukan
modern”. Yah mungkin salaf berfasilitas modern. Entahlah. Tapi saya gak ngerasa
salaf tuh.
I <3 MBI
Tapi dari NJ, saya belajar banyak hal, terutama kesederhanaan. :)
![]() | ||||
dari kiri: Zahro,Dilla,Ilvi,Inun |
Finally,we're home :)
2 komentar
jauh ya :D blog diary ya.. bagus loh :D
BalasHapushehe,,emang lebih menekankan ke nulis.. soalnya pengetahuan tentang komputer juga gak mendalam ...
BalasHapusSilakan berkomentar, terima kasih sudah menyampaikan dengan sopan :)