Apa Kabar Pejuang Satu Kursi?

Juli 09, 2015

source : infosbmptn.com

Apa kabar peserta SBMPTN? Ditunggu ya nanti pengumumannya pukul 17.00 WIB. Oh iya, sekedar info kalau peserta SBMPTN bukan hanya lulusan SMA tahun 2015, tapi juga alumni tahun 2014 dan 2013. Tak usah "keder" ya. Ini kenyataan. Apa pun nanti hasilnya, terimalah. Itu adalah hasil usahamu selama ini. Usaha yang berarti bukan hanya belajar, tapi juga berdoa, memenuhi asupan gizi, memperbanyak informasi dan optimiskan diri.

SBMPTN tahun ini memiliki cukup kesamaan dengan SBMPTN tahun 2014 (tahun saya).
Tesnya berlangsung sebelum ramadhan, dan pengumumannya saat ramadhan. Tentunya tanggal dan harinya berbeda. Tahun lalu, saya sebenarnya juga tidak percaya bisa lolos SBMPTN dan jatuh pada pilihan pertama. Padahal sih, saya bukan orang pintar. Nilai UNAS juga, ah yasudahlah. Saya bukan orang pintar yang masuk kelas unggulan semasa SMA. Bukan anak yang mendapat peringkat paralel. Jangankan paralel, peringkat kelas saja mungkin saya tak muncul hihi.


Lantas, kenapa bisa diterima SBMPTN? Entah, saya rasa ini keajaiban. Disamping dari usaha juga sih. Saya anak IPA yang memilih SBMPTN rumpun IPS. Iya, karena pilihan saya jatuh pada Psikologi dan Sastra Inggris. Jadi saya memilih jalur IPS murni, gak pake IPC. Emang bisa? Bisa lah, SBMPTN kan bebas milih apa aja. Sebenarnya kalau dibilang pelampiasan atau pelarian sih tidak. Justru ini penemuan diri (alibi, hehe). Saya bahkan memutuskan mengambil IPS murni saat 3 minggu sebelum hari tes SBMPTN. Tentu itu bukan keputusan yang main - main, yang kata orang lain  menyia - nyiakan 3 tahun belajar IPA yang pada akhirnya memilih kuliah IPS. Semua berawal dari 5 kali penolakan.

What? Lima?

Serius, lima kali penolakan. Biar saya ceritakan :
1. Beasiswa Singapura
Awalnya, tertarik mencoba apply beasiswa ke Singapura. Seleksinya merupakan seleksi berkas meliputi nilai rapor, skrip prestasi, pengalaman organisasi dan kepemimpinan. Berkasnya diseleksi melalui online. Jika lolos seleksi berkas, baru lah tes tertulis dan wawancara (saya agak lupa alurnya, entah ada tes tulis atau tidak yang jelas ada tes wawancara). Program ini merupakan beasiswa penuh dari pemerintah Singapura, kita cukup memilih 7 pilihan dari universitas dan jurusan yang kita minati. Seingat saya ada 3 universitas yang ditawarkan, NUS, NTU, dan satu lagi saya lupa.

 Di sekolah saya (baca : pesantren) ada empat anak yang mendaftar program ini. Saya, Caca, Alfi dan Farish. Saya memilih NUS dan NTU entah bagaimana komposisinya, yang jelas ada IT, English, dan Bussiness. Hanya itu pilihan yang menarik, bagi saya. Pada saat pengumuman tiba, hanya satu yang lolos dalam seleksi berkas tersebut. Jeng jeng, dan itu bukan saya.  Dia adalah Farish. Ya iyalah, teman saya satu itu adalah juara olimpiade fisika tingkat nasional. Kebayang kan, sertifikat yang dilampirkan tentu bergengsi, dia juga pernah menjabat sebagai ketua divisi pendidikan di WIsSNU (semacam OSIS). Sayangnya, tidak ada info mengenai kelanjutan seleksinya. Sepertinya seleksi lanjutannya tidak lulus. Tapi dia SBMPTN berhasi tembus ITB bro haha.

 Lah aku? Da aku mah apa tuh. Cuma bondo nekat, haha. Sok - sok an aja daftar ke Singapura, tak sadar diri. Padahal jelas - jelas seleksi semacam itu tak hanya diikuti angkatan 2014 saja, alumni pun banyak yang mengejar. Tentu dengan sejuta prestasi yang bisa dibanggakan. Ini pelajaran bagi saya, lain kali bercermin dulu sebelum pergi.

2. SPMB Politeknik Negeri
Pemerintah memiliki perguruan tinggi kejuruan dalam bentuk politeknik negeri. Jurusannya memang hampir sama dengan universitas atau institut lain di Indonesia. Rata - rata adalah Teknik, Akuntansi, dan ada juga yang menyediakan Bahasa Inggris bahkan bidang kreatif seperti fotografi dan desain. Bedanya adalah, karena ini politeknik, jadi lebih menekankan pada praktik. Seleksi masuknya hampir sama dengan PTN. ada semacam undangan (SPMB PN), seleksi tulis (UMPN), dan seleksi mandiri.

Saya mencoba peruntungan melalui jalur SPMB PN. Kakak kelas saya, banyak yang diterima di PENS (Politeknik Elektronika Negeri Surabaya) . Saya pun berpikir untuk memilih PENS. Mindset saya waktu itu, seleksi berkas bergantung pada kakak kelas. Iya, saya memilih Teknik Informatika PENS. Lagi - lagi saya masih terobsesi dengan IT. Dan ternyata, hasil membuktikan saya tidak lolos. Okelah, tak masalah.

3. Sekolah Vokasi UGM
UGM membuka jalur khusus untuk sekolah vokasi. Ada seleksi berkas dan tulisnya. Saya sendiri memilih jalur seleksi berkas dari  Sekolah Vokasi. Jurusan yang saya pilih waktu itu adalah D4 Teknologi Jaringan. Yah, masih seputar komputer lah. Ada lumayan banyak yang mendaftar jalur ini. Termasuk saya dan teman sekamar saya.

Pada saat pengumuman, saya menelan kenyataan pahit (lagi) bahwa tidak lolos seleksi. Tapi... teman sekamar saya lolos. Bisa dibayangkan bagaimana rasanya? Daftar bareng, ribut bareng, dan yang diterima teman sekamar, kita tidak. Teman sekamar, bayangkan solidnya, seperti saudara. Sakit sih, tapi saya tetap menjaga perasaan. Bukan sakit sama teman saya, tapi sama kenyataan. Padahal saat saya harus mengurus berkas untuk SV UGM ini, saya minta izin pulang ke Pak Cecep (Koordinator MBI) tapi tidak diizinkan. Akhirnya saya meminta ayah untuk datang ke pesantren membawa berkas yang dibutuhkan. Segitunya. Itu yang bikin sakit. Terutama pas Pak Cecep tak mengizinkan pulang hehe.

4.SNMPTN
 Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri. Yang ini, sejak awal saya sudah tidak yakin. Gara - gara doktrin "jangan bergantung pada SNMPTN". Jadilah saya tidak mementingkan SNMPTN sama sekali. Dan saya berpikir SNMPTN terlalu ribet, banyak aturan. Ada universitas yang tidak mengizinkan silang jurusan. Ada juga isu - isu sekolah tertentu diblacklist. Ribetnya SNMPTN, membuat saya sempat berpikir untuk sebaiknya tidak ikut saja. Tapi nama usaha peruntungan, apa salahnya dicoba.

Awalnya saya memilih ITS Teknik Informatika dan Sistem Informasi. Mulanya, Pak Cecep masih menyetujui pilihan saya. Tapi, entah beberapa hari menuju terakhir pemberkasan saya kembali dipanggil. Beliau mempertanyakan pilihan saya, menawarkan bagaimana jika ITSnya diganti UB saja? Saya langsung pias. Lah dari kemarin - kemarin ke mana aja? Kalau memang tidak setuju, why doesn't he tell me at time? Saya pun berdalih untuk bertanya dulu pada ortu. Dengan agak berat hati, saya dan ortu menyetujui pilihan tersebut. Yah, kenyataannya saya pun tidak lolos SNMPTN.

5. PBSB Kemenag
Kementrian Agama membuka jalur beasiswa bagi santri berprestasi. Ada beberapa universitas negeri yang menjadi peserta dan hanya menyediakan jurusan tertentu. Jalur masuknya cukup mudah (what?). Kita hanya cukup tes satu kali. Itu sudah meliputi tes beasiswa dan tes masuk universitasnya. Jadi, tak perlu ikut SBMPTN jika sudah lolos seleksi ini.

Nah, saya masih dengan sok pedenya mendaftar di ITS teknik informatika. Kebetulan jurusan itu ada. Dari pesantren, diadakan tes internal terlebih dahulu sebelum tes akbar yang saingannya santri - santri se- Indonesia. Parahnya, di tes internal saja saya tak lolos. Ya sudah, cerita berakhir di sini.


Itu hanya sekian dari perjuangan saya. Sebenarnya, jalur masuk kuliah bukan hanya SNMPTN-SBMPTN-Mandiri. Ada banyak jalan jika kita berusaha dan memperbanyak menggali informasi. Dari mana saya dapat informasi sebanyak itu? Saya biasanya browsing dan aktif mengikuti info dari TU. Meskipun saya waktu itu tinggal di pesantren yang terletak di pegunungan dengan akses internet limit, bukan halangan untuk terus menggali informasi. Batasan bukan halangan, justru merupakan kekuatan.

Dari sekian banyak penolakan tersebut, akhirnya saya merenung. Memikirkan pilihan yan tepat untuk saya. Seperti yang saya ceritakan, pada akhirnya memutuskan berpindah IPS murni tiga minggu sebelum tes. Mengejar banyak materi yang mungkin peserta lain sudah cas cis cus. Tiga minggu itu benar - benar saya maksimalkan. Meski pada saat try out nilai saya masih saja pas - pasan. Tapi saya tetap optimis dan berdoa. Ada teman - teman yang selalu mendukung dan mengajari saya dengan sabar.

Saya juga memikirkan pilihan cadangan jika seandainya (naudzubillah) SBMPTN tidak diterima. Ada program dari Kementrian Agama Islam yaitu UM PTAIN (Ujian Masuk Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri) yang juga saya ikuti. Tes nya beberapa hari setelah SBMPTN. Dan saya tidak mempersiapkan materi secara khusus untuk mengikuti UM PTAIN. Anggap saja belajarnya jadi satu paket dengan SBMPTN. Lelah hayati, belajar lagi haha.

Pada saat pengumuman tiba, 16 Juli 2104 saat itu menjelang azan magrib, benar - benar dag dig dug. Pasalnya ini perjuangan terakhir saya. Dan alhamdulillah lolos pilihan pertama, Psikologi UNAIR. Saya terharu, dan berbagi kebahagiaan dengan teman - teman dan guru - guru.Alhamdulillah UM PTAIN juga lolos, Psikologi UIN Malang. Tapi saya memilih UNAIR, karena dia lah yang memberi kepastian pertama kali #eaa.

Pada akhirnya, status kami pun sama, mahasiswa. Tak peduli masuk melalui jalur apa. Jangan meng-underestimate anak yang masuk melalui jalur mandiri. Mereka adalah anak - anak kuat mental yang masih berjuang setelah mengalami berkali - kali penolakan, tentu lebih sakit dari saya. Mereka adalah anak pandai, yah ini hanya masalah jalur masuk. Toh banyak teman saya yang masuk lewat jalur mandiri tapi prestasinya luar biasa. Mampu survive di dunia perkuliahan.

Pada akhirnya akan terbukti siapa yang benar - benar pandai, siapa yang hanya keberuntungan. Kalau benar - benar pandai, mereka akan mampu menaklukkan dunia kuliah. Kalau hanya keberuntungan, ya seperti saya ini luntang lantung gak jelas, terseok -seok, haha. Kuliah itu bukan sekedar belajar, tapi juga mengatur diri, melawan diri, berkawan diri, dan bagaimana menghadapi orang lain.

Apa pun pilhanmu setelah lepas dari putih abu -abu, itu murni pilihanmu. Tak ada seorang pun yang berhak melarangmu. Jangan pula pedulikan suara orang lain. Mau kuliah di PTN bergengsi atau tidak, mau kuliah di PTS, mau tidak kuliah dan memilih bekerja, atau bahkan mau menikah, it's all up to you. Nama kampus bukan jaminan sukses, semua kembali pada dirimu. Pun tak ada masalah jika kamu memilih bekerja, mungkin kau ingin mandiri selepas SMA. Tak masalah. Juga dengan menikah, usia 18 tahun sudah masuk usia menikah. Tak masalah, mungkin tujuanmu menikah adalah untuk meringankan beban orang tua, atau agar selisih usia dengan anak tak terlalu jauh dan medidik anak dengan baik. No problem. 18 tahun merupakan remaja akhir, menuju tahap dewasa awal. Ini hidup kita, kita yang setir. Jangan biarkan orang lain merebut setir kita. Yang terpenting adalah kosekuen dan tanggung jawab dengan apa yang kita pilih.


Perbanyak berdoa, semoga diterima. Jika masih belum lolos, masih ada banyak jalan. Ada UMBPTN, silahkan cek di internet. Silahkan cek juga jalur - jalur mandiri dari universitas lain. Semangat berjuang, semoga sukses. Saya tidak bisa mendoakan semua peserta SBMPTN lolos, itu tidak mungkin. Kuotanya terbatas. Saya hanya mendoakan semoga mendapat yang terbaik. Tuhan Maha Tahu yang terbaik untuk kita. Selalu ada hikmah di setiap peristiwa. Keep fighting, semoga tersenyum dengan hasil nanti sore :)



You Might Also Like

2 komentar

  1. Bersyukurlah Dek. Dua kali aku ikut tes pendidikan besar (tes SMA dan kuliah), nggak pernah ketrima di tempat yang amat kuidamkan. Tapi ya diterima aja sih ya, semoga Allah ridha. :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah. Setidaknya tanpa pengalaman mbak itu, belum tentu mbak jadi seperti sekarang kan? Hehe Allah MahaTahu yang terbaik, Aamiin rodhiallah :)

      Hapus

Silakan berkomentar, terima kasih sudah menyampaikan dengan sopan :)

My Instagram

Instagram