![]() |
Credit to beritatrendz |
"Bosan"
"Kenapa?"
"Bosan aja"
"Mau pindah?"
"Terserah"
Lagi - lagi kata terserah yang meluncur dari mulutnya. Tentu saja ini membuat bingung. Tidak ada instruksi atau permintaan yang jelas. Aku tidak tahu apa yang harus kulakukan. Seandainya ada tempat bernama terserah, mungkin akan segera kubawa dia ke sana.
"Balik yuk"
Dia tidak bergeming. Masih duduk dengan posisi sama.
"Mau di sini"
"Katanya bosan?"
"Masih mau di sini!"
Aku merasa menjadi manusia paling bodoh. Dia selalu mengutarakan hal yang bagiku tidak jelas. Lagi - lagi aku harus mengikuti permainan anehnya.
"Ada yang mau diomongin?"
Mulutnya masih diam. Matanya menampakkan tatapan kosong. Terakhir, kepalanya menggeleng.
"Kenapa sih? Aku gak paham sama kamu?"
"Kamu gak peka!"
"Gimana aku bisa ngerti. Kamu cuma diem dari tadi"
"Aku mau di sini. Masih di sini. Sama kamu. Jangan pergi. Jangan balik"
Tiba - tiba ponselnya berdering. Sebuah panggilan. Nada dering yang dikhususkan. Suaminya. Lima menit dia berkomunikasi jarak jauh dengan suaminya. Kemudian menutupnya dengan nafas panjang. Dia menatapku penuh arti. Melepas sebuah rasa yang hanya bisa aku kira, tanpa pasti.
"Aku harus balik"
"Iya. Anakku juga akan pulang sekolah sebentar lagi"
Cukup untuk hari ini. Cerita kami tak perlu diketahui banyak orang. Cukup rahasia antara aku dan dia. Tetaplah setia pada ikatan resmi masing - masing. Jika kau butuh aku, datanglah. Pun jika aku butuh kamu, aku akan datang.
#fiksimini