Madakaripura memberikan keindahan luar biasa. Tapi tentu kami tak bisa lama - lama. Kami harus membagi waktu untuk mengunjungi destinasi lain. Kami menyepakati pulang dari Madakaripura jam 12.00. Sekitar jam 11 kami sudah merasa puas. Meski ada perasaan tak ingin kembali karena terhipnotis keindahanNya, kami tetap harus meninggalkan Mada (penduduk sekitar menyebut Madakaripura dengan nama singkat Mada). Perjalanan dari air terjun menuju pos pintu masuk sekitar 1 jam. Jadi ya, jam 11 memang harus cabut.
"Hati - hati ya mbak kalo pulang", salam pisah dari mas guide.
Mas guidenya sumringah begitu kita kasih fee sebesar Rp50.000. Seharusnya memang bisa lebih murah dari itu. Sejak awal masnya bilang untuk bayar seikhlasnya aja. Mengingat pelayanannya yang profesional dan tulus, kami tergerak untuk membayar lebih. Ketulusan memang mengalahkan segalanya. Kemudian kami mengambil kembali barang di loker dan bergegas turun ke pos pintu masuk.
Sampai di pos pintu masuk, kami mencari sosok bapak ojek. Ternyata mereka duduk santai ngopi di warkop sekitar pos. Kami pun meluncur menuju titik awal, Tongas. Selama perjalanan menuju Tongas, teman saya bertanya - tanya pada bapak ojeknya tentang destinasi berikutnya. Ranu Segaran. Katanya di daerah Tiris. Kami bisa naik bis jurusan Situbondo, berhenti di Pajarakan. Tapi bapak ojek tersebut berkali - kali menanyakan teman saya, yakin mau ke sana? Untuk destinasi selanjutnya memang ini teman saya yang paham. Saya tidak mengerti.
Then sampailah kami di Tongas. Bapak ojek menurunkan kami di Tongas rest area karena sebelumnya kami bertanya tentang atm. Jadilah di situ, rest area yang luas dan nyaman. Meskipun panas. Rest area tersebut luas dan lengkap. Ada atm (sayangnya bank Jatim), indomaret (dia di mana - mana), sentra oleh - oleh khas Probolinggo, warung makan, musholla dan toilet. Entah, mungkin kami kurang beruntung. Siang itu banyak warung yang tutup. Alhasil kami berjalan terus ke barat (masih di rest area) dan menemukan warung Pak Haji Sholeh. Itu lho warung asal Pandaan yang terkenal dengan ayam gorengnya. Mantap. Kami makan siang di situ.
Warung Pak Haji Sholeh lumayan ramai. Maklum, hanya warung itu yang buka. Tapi memang warung Pak Haji Sholeh makanannya lezat, sampe buka di tiga tempat : Pandaan (pusat), Malang, dan Tongas, Probolinggo. Memang masakan yang khas adalah ayam atau bebek gorengnya. Tapi kami bosan. Jadinya kami memilih menu gurami bakar. Lumayan bisa buat berdua. Ditambah lalapan tempe dan terong. Sementara nasi sudah menjadi sepaket. Dan ditemani minunam teh hangat. Ketika pesanan datang, tak sabar kami melahapnya. Lapar! Naik air terjun memang menguras energi hehe.Porsi makanannya besar. Sambelnya enak (baca : gak pedes). Puas pokoknya. Dengan porsi besar nasi, gurami bakar, lalapan tempe dan terong, serta teh hangat, kami menghabiskan Rp77.000. Wuah. Puas deh.
Setelah makan, kami bersih - bersih diri dan sholat. Lanjut setelah itu menunggu bus menuju Pajarakan. Agak lama kami menunggu busnya. Ditambah lagi keadaan Tongas siang itu panasnya menyengat. Rasanya lotion yang dipakai luntur begitu saja hanyut bersama keringat. Panas. Setengah jam menunggu, akhirnya datanglah bus itu. Meski harus berdiri karena penuh, tak apa saya sudah biasa. Ongkosnya lima ribu per orang. Selang beberapa lama, akhirnya kami mendapat tempat duduk. Sayangnya tak lama setelah itu, kami sampai di tujuan. Heah. Ternyata bus turun bukan di Pajarakan. Menuju Pajarakan memang harus oper bus. Setelah bus pertama, naik lagi bus kedua menuju Pajarakan yang sesungguhnya. Kali ini ongkosnya tujuh ribu per kepala.
Sampai di Pajarakan. Lagi - lagi kami bingung arah selanjutnya. Sedikit bertanya - tanya, kemudian menemukan angkot menuju Condong. Ini masih jauh, Sementara tujuan kami adalah Tiris. Waktu di angkot, kami bertanya pada penumpang berapa ongkos wajarnya. Belajar dari pengalaman ngangkot di Surabaya, kalo penumpang tanya harga ke supirnya pasti ditinggikan. Makanya kami tanya ke penumpang. Tarifnya tujuh ribu per penumpang. Info itu kami dapatkan dari seorang laki - laki yang duduk tepat di hadapan kami. Ternyata dia juga dari Surabaya. Kerja, aslinya Probolinggo. Dia menanyakan tujuan kami. Memang masih jauh. Lagi pula hampir malam, sementara di daerah Ranu tidak ada penginapan. Dia menyarankan untuk menuju Krucil. Katanya Krucil adalah desa wisata yang ramai oleh mahasiswa. Terutama saat weekend. Ada air terjun, taman hidup, camp area, dan katanya desa itu adalah tempat singgah bagi hiker gunung Argopuro.
Dari situ kami berembuk. Sepertinya memang lebih baik menuju Krucil untuk menginap semalam. Kalau dipikir - pikir, masa iya malam - malam mau ke danau. Akhirnya kami memutuskan menuju Krucil. Begitu sampai di Condong, kami ditawari ojek. Tawar menawar terjadi. Setelah sepakat (30k per orang), kami menuju Krucil. Lagi - lagi kami disuguhi pemandangan luar biasa. Ternyata daerah situ selain ada Tiris, Krucil, juga dekat dengan Songa (wisata arung jeram). Ini di luar perkiraan. Kami bisa sampai Krucil, tempat yang belum pernah kita tahu sebelumnya.
Bapak ojek dengan baik hati mencarikan penginapan murah untuk kami. Akhirnya menemukan penginapan dengan harga Rp90.000 per malam. Lumayan. Kamarnya luas, bednya lebar, dan kamar mandi dalamnya bersih. Dekat situ juga ada warung. Tepat di belakang penginapan ada budidaya bunga leli. Sayangnya hari itu masih kuncup. Kata bapak penjaga penginapan, leli akan mekar tiga hari lagi. Padahal kami di sini hanya semalam.
![]() |
leli kuncup |
![]() | |
senja di lereng Argopuro |
Sebelumnya kami sempat berbincang dengan bapak penjaga penginapan mengenai tujuan kami. Mengenai tujuan ke Ranu segaran. Ternyata Ada empat ranu di daerah Tiris. Kami disarankan memakai ojek yang sama. Setuju, agar kami tidak perlu kesusahan juga mencari transportasi. Selain itu kami juga diberi tahu mengenai air terjun Bermi. Katanya besok pagi kami bisa mengunjunginya, biar ada guide dari bapak penginapan yang menemani. Baiklah not bad.
Ini di luar dugaan. Kami terjebak karena kemalaman di Krucil. Tapi pesona yang ditawarkan luar biasa. Indah. Tenang. Meski ramai oleh pendaki, kami tetap merasakan ketenangan alam luar biasa di sini. If you wanna escape from crowd, this is the right place. Terjebak pesona Krucil.
Pagi harinya, tak mau kalah. Sebelum ke air terjun, kami sempatkan jalan - jalan ke sekitar penginapan. Krucil adalah desa yang bagus. Tata desanya apik. Ada disdik, kantor polisi, kantor pos, masjid, dan koperasi susu, pusat belajar alam, dan warung - warung makan tersebar. Saya heran, daerahnya jauh dari kota namun sentuhan pemerintah masih terasa. Hebat, good job Probolinggo.
![]() |
sunrise di lereng Argopuro |
![]() |
perah susu |
![]() |
KUD susu Krucil |
![]() | |||
Sayangnya belum sempat mampir :( |