Menuju Puncak: Kawah Ijen (Part 1)
September 17, 2016
Lepas menikmati senja di Ranu Segaran, maka berakhir sudah wisata kami
di Probolinggo. Sedih rasanya meninggalkan Probolinggo dengan sejuta
keindahannya. Kami kembali ke condong, tapi bapak ojeknya berbaik hati mau
mengantar kami hingga jalan raya tempat biasanya memberhentikan bus. Tentu
dengan biaya ekstra. Ini lebih baik daripada harus mencari transportasi lagi,
ditambah sudah memasuki magrib. Destinasi selanjutnya: Kawah Ijen!
Yang kami tahu, Kawah Ijen terletak di Banyuwangi. Maka dengan
pengetahuan terbatas kami naik bus jurusan Banyuwangi dan bilang ke kondektur
turun di Banyuwangi. Sudah terlanjur bayar karcis Banyuwangi, eh ternyata
setelah browsing kita tidak perlu turun di Banyuangi, lebih dekat dari
Bondowoso. Lebih lagi, ternyata bis ini menerapkan sistem oper. Sampai di
terminal Situbondo, semua penumpang di suruh turun, oper bis lain. Seharusnya
kami gak bilang turun di Banyuwangi, biar tiketnya gak kemahalan. Hmm.
Kami menunggu bus menuju Bondowoso. Waktu itu sudah lewat waktu isya’.
Kami ke toilet sekitar, melancarkan urusan sanitasi sekalian bertanya – tanya
bus menuju Bondowoso. Katanya sebentar lagi akan datang. Benar, ketika saya
keluar dari toilet dan hendak membayar, partner menghilang. Kata penjaga toilet
bus sudah datang dan si partner sudah di busnya. Saya pun bergegas menuju bus
yang dimaksud. Busnya tidak terlalu besar. Maklum Situbondo – Bondowoso
merupakan jalur pendek antar kota.
Di bus, kami masih membahas bagaimana menuju Kawah Ijen. Bertanya –
tanya pada bapak – bapak di bus. Kemudian
ada seorang laki – laki yang pantas dipanggil mas bagi seusia kami. Dia duduk
bersama seorang perempuan yang sepertinya pasangannya.
“Dek mau ke Kawah Ijen, ya?”
“Iya Mas”
“Wah mending besok aja dek, sekarang udah malem. Saya udah sering ke sana.
Jalannnya hutan – hutan. Ini udah malem lho. Gak ada kendaraan ke sananya.
Kalopun naik ojek nanti adek gak tau kan mau di bawa ke mana sama ojeknya.
Besok aja berangkatnya abis subuh. Saya kasian soalnya sama kalian”
Setelah menimbang – nimbang akhirnya kita ikut sarannya si Mas tadi.
Kami berterima kasih atas sarannya. Ya kalau dipikir – pikir iya juga sih. Kami
turun dari bus. Karena lapar dan memang belum ngisi perut sedari Probolinggo
kecuali tahu dua ribuan selama di bus perjalanan tadi, akhirnya kami makan.
Waktu itu sudah agak malam. Maklum, kota daerah malem dikit udah banyak toko
tutup. Ada gerobak bakso, masih buka di kawasan terminal. Kami memilih makan
bakso. Ternyata lezatnya luar biasa. Entah memang lezat atau kami kelaparan.
Isi pentolnya telor ayam besar. Mantap kali, nikmat. Apalagi saya pecinta
bakso. Partner saja yang tidak terlalu suka bakso malah juga jatuh cinta sama
rasanya.
Kami memutuskan bermalam di terminal. Yah menunggu beberapa jam menuju
subuh. Terasa lama, karena menunggu penuh harapan menghadirkan perasaan
lambatnya waktu. Kami disarankan tidur di ruang tunggu dan menitipkan barang –
barang di pos operator terminal. Iya, kami menunggu subuh di deretan kursi
ruang tunggu. Jangan bayangkan ruang tunggu seperti di terminal Bungurasih.
Tempat tunggu ini berada di ruang terbuka hanya ada atap genteng. Kami sudah
menitipkan barang di pos operator. Beberapa orang datang dan pergi dari ruang
tunggu itu. Ada juga yang seperti kami menginap di terminal.
Sisa malam kami habiskan dengan mengobrol. Lama – lama kami merasa bored. Ponsel berada di tas yang
dititipkan ke pos operator. Kemudian kami permisi masuk pos operator untuk
mengambil ponsel. Eh ternyata bapak penjaga pos dengan baik hati menawarkan
tempat tidur di dalam pos. Bukan di tempat operator tempat bapak bertugas loh
ya, tapi di atas. Pos operator memang tidak begitu besar, di lantai dua
tersedia bangku panjang semi kasur. Bisa lah dibuat tidur. Kebetulan kami sudah
agak lelah bisa istirahat. Kami memutuskan istirahat bergantian. Partner di bangku itu, hanya cukup satu
orang. Sementara saya menemukan kardus yang sudah dibuka hingga menyerupai
tikar. Buat saya, bisa nih dibuat alas tidur. Saya menggelar kardus itu sebagai
tikar dan menjadikan tas sebagai bantal. Saya tidur duluan. Partner mengisi
daya ponselnya di bawah sembari ngobrol basa – basi dengan bapak petugas. Bagi
saya, tidak masalah tidur di mana pun. Bahkan saya pernah tidur di batu besar
dekat sungai hehe. Parahnya lagi, pernah tidur berdiri pas antri mandi. Yah
produk pesantren, gak pernah pusing soal tidur haha.
Rasanya gak seberapa lama, saya dibangunkan. Waktu itu jam 3 dini
hari. Partner minta gantian tidur. Dia meminta saya menjaga ponselnya yang
dicharge di bawah. Akhirnya saya turun ke pos bagian bawah. Yah berbincang basa
– basi perkenalan dengan bapak petugas. Beliau bertanya asal saya. Begitu tahu
saya asli Madura, beliau juga menceritakan bahwa punya keturunan Madura meski
hanya berkunjung saat lebaran. Ternyata menunggu memang terasa lama sekali. Azan
subuh belum berkumandang. Suara pengajian dari masjid sekitar sudah terdengar.
Saya mencoba membangunkan partner. Susah. Ya sudah. Rencananya kami mau mandi
dulu di toilet terminal sebelum berangkat. Tapi si partner susah dibangunkan ya
sudah. Namun saya harus tetap ke kamar mandi, persiapan berwudu untuk sholat
subuh. Sampai saya selesai solat subuh pun, partner belum bangun. Terserah deh.
Akhirnya dia bangun sendiri.
Bus sudah datang beberapa menit
setelah azan subuh tadi. Akhirnya ini dia saat yang dinanti. Tidak lupa kami
berpamitan dan terima kasih atas tumpangan dari bapak petugas. Kami naik itu
bus jurusan Bondowoso. Pokoknya kami bilang sama bapak kondikturnya mau
berhenti ke arah Kawah Ijen. Tidak terlalu lama memang menuju Bondowoso. Kami
diturunkan di pertigaan jalan raya ijen. Katanya, dari pertigaan situ bisa naik
bus mini ke Sempol. Lalu dari Sempol naik angkutan lagi menuju Paltuding. Nah
Paltuding itu area awal pendakian menuju Kawah Ijen.
Keluar dari bus kami disambut
hujan. Beruntungnya, saya membawa payung dari Surabaya. Meski payungnya kecil,
setidaknya bisa melindung dari tempias hujan. Sebelum turun dari bus, saya
melihat ada pom bensin, lumayan bisa mandi di toiletnya. Maka kita jalan menuju
pom bensin tersebut. Kami mandi bergantian, sembari menjaga barang. Berhubung
belum sarapan, kami memutuskan mencari warung makan. Dan yap lagi – lagi bakso.
Saya pesan bakso, sementara si partner mie ayam. Mantap. Ketika selesai makan
dan hendak membayar, kami bertanya pada penjaga warungnya. Iya benar, menunggu
bus mini di pertigaan depan warung itu menuju Sempol.
Agak lama kami menunggu. Bus mini tidak kunjung datang. Di samping
kami ada bapak – bapak. Kami sekedar bertanya tentang akses menuju ke Kawah
Ijen. Iseng kami bertanya tarif ojek pada bapak itu. Ternyata si bapak mau
mengantar kami. Bilangnya sih dianterin ke Paltuding, tarifnya murah banget
cuma 30.000 rupiah. Kami udah seneng. Eh ternyata gak berhenti di Paltuding,
masih jauh. Sempol aja gak sampe. Kami diberhentikan di pertigaan entah apa
namanya. Untungnya di depan kami ada toko. Kami bertanya di situ. Mereka bilang
jarang ada angkutan, adanya mobil pribadi. Kalo mau nyegat ya gak masalah,
sudah biasa. Si partner agak keberatan nyegat mobil pribadi. Biasanya mobil
pribadi sudah penuh sama liburan keluarga atau sepertemanan. Tidak enak
mengganggunya. Beruntung, bapak penjaga toko menelponkan temannya yang tukang
ojek. Kami naik ojek dari pertigaan entah apa itu sampai di Paltuding. Sip,
nice deal.
Sepanjang perjalanan lagi – lagi kami disuguhi pemandangan luar biasa.
Perjalanannya memang jauh. Bapak ojeknya dengan baik hati menawari kami
berhenti. Beliau tahu spot – spot yang bagus untuk foto – foto.
Akhirnya kami sampai di Paltuding. Yeay. Rencananya kami akan mendaki
pukul 2 siang. Saat itu kami baru sampai jam 10. Kami menuju salah satu warung.
Di Paltuding tersebar banyak sekali warung. Harganya standar harga wisata lah,
tapi tidak terlalu mahal. Udara di Paltuding dingin sekali, sempat gerimis juga
saat itu. Karena udara dingin itu lah, sangat memacu hasrat untuk makan banyak.
Entah saya sudah makan dan minum berapa kali saat itu. Ternyata pendakian tidak
dibuka pada siang hari. Pendakian buka di mulai pukul 01.00 – 06.00. Jadi, kami
memutuskan untuk menunggu dini hari untuk mendaki.
.....
0 komentar
Silakan berkomentar, terima kasih sudah menyampaikan dengan sopan :)