![]() |
baca dulu, nanti tahu kenapa ada gambar ini |
Para lulusan SMA yang ingin melanjutkan kuliah di PTN mungkin sedang dag dig dug mempersiapkan SMBPTN (Seleksi Bersama Mahasiswa Perguruan Tinggi Nasional) . Terhitung dari sekarang kurang lebih SBMPTN tinggal 3 hari lagi. Saya sendiri jebolan SBMPTN 2014. Alhamdulilah bisa lolos. Saya sudah pernah bercerita tentang pengalaman SBMPTN 2014 di pos ini. Kali ini saya ingin bercerita tentang pengalaman SBMPTN 2016 kemarin. Bukan, saya tidak ikut tes lagi. Tapi adik saya.
SBMPTN 2016 dilaksanakan tanggal 31 Mei 2016. Bertepatan dengan hari Selasa. Nah, wisuda SMA adik saya adalah paling akhir dari seluruh SMA (saya rasa). Bayangkan, wisudanya tepat h-2 SBMPTN. Jadi, SBMPTN hari Selasa, wisudanya Minggu. Kebayang bagaimana persiapannya? Saya sih meragukan. Bukan meragukan apa - apa. Masalahnya mempersiapkan tubuh untuk fit dalam menghadapi tes SMBPTN juga penting.
Saya dan adik menempuh pendidikan SMA di tempat yang sama, MBI Amanatul Ummah. Sebagai alumni saya rindu merasakan suasana
FYI, wisuda di MBI tidak sebentar. Lama dan selalu selesai saat larut malam. Padahal yang saya tahu para wisudawan banyak yang masih harus berjuang di SBMPTN di berbagai kota. Rasanya gak tega sama anak - anak yang tesnya di Malang atau bahkan Jogja, capek di jalan pasti. Well, setelah wisuda selesai kami sekeluarga langsung pulang ke Madura. Orangtua saya mengeluhkan wisuda yang diletakkan pada hari Minggu. Capek, imbasnya pada besoknya yaitu Senin dimana harus bekerja. Saya maklum, orangtua sudah mulai berkurang primanya. Rasanya tidak lama kami memejamkan mata sudah hari Senin saja.
Pagi - pagi sekali di hari Senin, saya mendapat email dari Psyche. Isinya tentang roleplay tester di hari Senin jam 10.00. Buset. Beberapa bulan lalu memang saya mendaftarkan diri sebagai tester. Tapi saya jarang ikut roleplay karena sering bentrok waktu. Terakhir ikut roleplay, kemampuan saya masih sangat diragukan. Katanya ketika memberi instruksi, saya berbicara terlalu cepat. Pardon my bad. Dalam perkiraan saya, masih bisa mengejar waktu untuk hadir roleplay. Biasanya Sampang - Surabaya bisa ditempuh 2 jam. Biasanya.
Kebetulan besoknya adik saya akan mengikuti tes SBMPTN. Maka saya izin kepada orangtua untuk berangkat ke Surabaya saat itu juga sekaligus mengantar adik untuk tes. Orangtua saya mengizinkan. Maka, dengan persiapan kilat saya dan adik bersiap untuk ke Surabaya, naik bus.
Kami menunggu bus menuju Surabaya di halte. Agak lama kami menunggu. Sempat diguyur hujan, hingga harus menunggu lebih lama. Kira - kira satu jam kemudian bus datang. Sayangnya sudah penuh sesak. Kami memutuskan naik saja, daripada malah harus menunggu lebih lama lagi. Tapi penderitaan tidak cukup di situ saja. Jalan menuju Surabaya macet parah. Saya was - was melihat jam. Pada akhirnya saya merelakan untuk tidak menjadi tester.
![]() |
moment after rain in Sampang |
Sampai di Surabaya, kami berhenti di Jalan Jakarta. Tujuan kami adalah ITS karena lokasi tes adik saya di sana. Rencananya kami akan sholat dulu di masjid manarul lanjut melihat ruang di Teknik Kimia. Doi mendapat lokasi tes di Teknik Kimia ITS, sesuai dengan pilihan jurusannya. Dari jalan Jakarta oper angkot dua kali. Awalnya lancar. DI angkot kedua, hujan mulai turun deras saat sudah di depan Galaxy Mall. Padahal itu sudah mendekati ITS. Tapi hujan lebat sekali.
Sepanjang perjalanan, beberapa kali orangtua menelepon untuk memastikan kami baik - baik saja. Alhamdulillah kami masih baik - baik saja. Sesungguhnya adik saya tidak terlalu serius mengikuti SBMPTN ini. Persiapannya bisa saya bilang hanya 20%. Dia memilih kelompok IPA. Ketika saya tanya apa pilihannya, dia jawab Teknik Kimia ITS dan satu lagi saya lupa. Yang saya ingat dua pilihan itu sama - sama punya grade tinggi. Padahal pemilihan jurusan selain karena minat juga ada strateginya. Ketika saya tanya,
"Kok bisa milihnya gitu?"
"Gak tau, aku bingung. Daftar di hari terakhir, jadi asal milih."
![]() |
kapan lagi foto di sini? |
Padahal saya ketika mempersiapkan SBMPTN rasanya gak main - main. Lah, si dia asal pilih. Tapi bukan tanpa alasan dia jadi seperti itu. Sejak awal dia benar - benar tidak ingin ikut SBMPTN. Bukan minatnya. Saya tahu persis, sejak awal masuk MBI dia bercerita bahwa ikut program Fashlul Khos. Itu adalah program kelas khusus untuk mereka yang minat melanjutkan kuliah di Timur Tengah. Persyaratannya seputar bahasa Arab dan hafalan Alquran. Untuk tes kuliah di Timur Tengah ini dia benar - benar mempersiapkan secara matang. Bukan perkara sesaat. Dia sudah mempersiapkan sejak awal di MBI. Saya paham betul itu.
Nah tes nasional untuk kuliah di Timur Tengah sudah dia lewati terlebih dahulu. Pengumumannya tepat hari dimana dia dan saya perjalanan menuju Surabaya. Jadi sebenarnya dia ikut SBM hanya untuk memenuhi permintaan ibu kami kalau - kalau tidak diterima tes Timur Tengahnya. Di angkot, saya coba - coba buka website disdik kemenag. Dan siapa sangka, di dalam angkot itu sebuah takdir berbicara. Adik saya, Irsyadul Ibaad diterima di Universitas Al- Azhar Mesir, jurusan Sastra Arab. Rasanya kami tersenyum lega meski di luar sumpek oleh macet dan disambut hujan deras. Saat itu juga kami menelepon orangtua, mengabarkan bahwa dia diterima di Mesir.
Sudah separuh perjalanan menuju ITS. Tidak memungkinkan untuk kami kembali. Biarlah tetap ikut tes, sudah kepalang basah. Saat sudah sampai di ITS, kami segera turun dari angkot berpayung jaket saya. Tempat terdekat untuk berteduh adalah pos keamanan. Maka kami berteduh di situ. Bapak satpamnya Alhamdulillah baik. Kami diizinkan untuk berteduh dan masuk ke pos. Di dalam sana juga ada dua mahasiswi penghuni asrama ITS. Sama - sama terjebak hujan deras. Mereka menanyakan keperluan kami. Saya menjelaskan bahwa mengantarkan adik saya yang akan tes besok. Dua mahasiswi yang berteduh tadi sudah diantar oleh pak satpam menuju asrama. Baik sekali. Sisanya tinggal saya dan adik. Kami benar - benar terjebak.
Hujan deras di Surabaya dari sore hingga malam benar - benar menjadi petaka. Bagaimana tidak. Saya menunggu hujan di pos keamanan ITS tak kunjung reda hingga malam. Saya mulai kasihan pada adik. Biar tak usah melihat ruang, sudah malam pula. Besok saja datang pagi dan langsung mencari lokasi. Kira - kira sudah jam 8 malam. Hujan masih mengguyur. Informasi tentang banjir menyeruak di mana - mana. Tak usah tanya daerah Unair, jelas tergenang. Bahkan beberapa teman saya terjebak di kampus tak bisa pulang. Saya berusaha menghubungi beberapa kenalan yang tinggal di sekitar ITS. Sekedar untuk menampung adik saya barang semalam saja. Beberapa kenalan laki - laki saya hubungi mulai dari teman sampai
![]() |
ruangan tempat doi tes |
Parah. Surabaya parah. Selain banjir, saya juga mendapat info tentang kemacetan parah. Gak banjir aja macet.. Ketika adik saya sudah dijemput, saya sedikit lega. Setidaknya dia bisa istirahat. Tinggallah saya bagaimana menuju kos. Beberapa kali saya order gojek, namun dicancel oleh driver. Ya iya lah.. banjir gitu masa mau nerima order. Akhirnya saya nekad jalan kaki. Toh memang kos saya waktu itu di daerah keputih makam (sekarang sudah pindah deket UNAIR). Jalan kaki lima belas menit dari pos keamanan ITS. Saya benar - benar lega ketika sudah sampai kos. Kira - kira itu pukul setengah sebelas malam.
Rasa - rasanya banyak hal yang saya pelajari dari SBMPTN 2016. Semua itu membuat saya bersyukur kepada Allah atas segala hal. Dari peristiwa itu, ada hal besar yang bisa diambil kesimpulan...
Pertama:
Takdir adalah ketentuan Allah. Setiap takdir selalu melibatkan konspirasi semesta. Mestakung, semesta mendukung. Lihat saja, adik saya berangkat untuk SBMPTN tapi semesta sama sekali tidak mendukung. Mulai dari hujan di Sampang, bus datang telat dan penuh, macet disetai hujan, banjir, dan berakhir tidak lolos SBMPTN. Paket komplit kan. Sebaliknya, untuk persiapan dia tes Timur Tengah, semua lancar - lancar saja. Meski butuh berjuang, jalannya dimudahkan. Itulah takdir. Atas pengalaman peristiwa itu saya menekankan konsep takdir pada adik saya. Tidak seserius bahasannya, kami mengobrol sambil tertawa.
Kedua:
Kita bisa melihat bagaimana sikap seseorang saat kita benar - benar membutuhkan bantuan. Contohnya ketika saya menghubungi beberapa orang untuk dimintai tolong menjemput adik saya. Beberapa menolak dengan alasannya masing - masing. Saya maklum, mereka punya urusan dan memang saat itu hujan banjir dahsyat. Akhirnya keluargalah yang membantu. Untuk itu, penting sekali mempererat silaturahmi agar bisa memperkuat rasa sama rasa.
Ketiga:
Kamu tahu, untuk menjadi orang yang istimewa bagi seseorang, tidak perlu berlebihan. Cukup ada di saat dia membutuhkan. Hadir di saat peristiwa penting dalam hidupnya. Mengapa saya bisa punya ikatan erat dengan adik? Saya selalu mengusahakan hadir di saat - saat penting baginya. Bahkan menemaninya di saat sulit. Tidak untuk menyalahkan atas kecerobohannya. Tapi bagaimana menjadikan setiap peristiwa sebagai pelajaran hidup yang bermakna dan menyenangkan.
Apa kamu punya kesimpulan lain dari pengalaman saya atas peristiwa SBMPTN 2016?