Sesuai judulnya, saya merayakan momen hari kemerdekaan 17 Agustus di Gunung Pundak, Mojokerto. Saya bersama 3 orang teman sependakian lainnya.
Kami berangkat dari Surabaya tanggal 16 Agustus malam hari. Agak susah jalan di malam kemerdekaan. Pasalnya, hampir semua kampung merayakan malam tirakatan. Jadinya, banyak jalanan gang kampung yang ditutup karena acara tirakatan itu. Well, bagus sih, orang-orang kita masih menghayati makna kemerdekaan dengan tirakatan ini dan (mungkin) besoknya lanjut upacara di instansi masing-masing. Yah, tapi karena acara tirakatan itu, saya sampe harus lompat portal gang karena ditutup. Padahal baru juga pukul 9 malam.
Setelah semua personel berkumpul di titik temu, kami langsung memulai perjalanan. Perjalanan malam dari Surabaya menuju Mojokerto terasa lancar. Nah, Gunung Pundak yang akan kami daki ini terletak di Claket, Pacet, Mojokerto. Gunung ini memiliki ketinggian 1585 mdpl. Ya, lumayan untuk pendaki pemula sebagai latihan mendaki macam saya. Hanya saja terakhir saya mendaki adalah tahun 2016, itu pun di Kawah Ijen. Tiga tahun banget ya haha
Kami sampai di meeting point Gunung Pundak sekitar pukul setengah 12. Di sana sudah ramai sekali oleh para pendaki. Kebetulan memang momen malam kemerdekaan sekaligus week end. Setelah urusan administrasi selesai, kami mulai mendaki yang tentu saja diawali dengan berdoa bersama terlebih dahulu agar diberikan kelancaran selama pendakian hingga kembali lagi.
Pendakian dimulai. Saya merasakan jalan bebatuan yang menanjak. Mulanya lancar saja. Jika saya bandingkan dengan pendakian saya sebelumnya, Kawah Ijen, tentu Pundak lebih menantang. Medan di Kawah Ijen lebih halus, dan relatif lebih mudah bagi saya. Di Gunung Pundak ini saya banyak berhenti untuk rehat sejenak. Sementara ketika di Kawah Ijen, berhenti ketika teman yang lain rehat. Sepertinya saya kepedean bisa mendaki Pundak karena merasa bisa di Kawah Ijen. Dasar.
Tidak butuh waktu yang lama sebenarnya untuk mendaki Pundak ini. Hanya saja personil pendakian ini terdapat dua cewek, jadinya ketambahan waktu berhenti rehat. Bagi saya yang pemula ini, di pertengahan mendaki rasanya semakin berat. Saya berusaha mengafirmasi diri agar bisa tetap bertahan hingga mencapai puncak nantinya. Untuk menuju pos 1 saja normalnya hanya butuh waktu 15 menit dari pnedakian awal. Kemudian dari pos 1 ke pos 2 membutuhkan waktu sekitar 30 menit. Lanjut dari pos 2 ke pos 3 memakan waktu 15 menit. Setelah itu, Sekali lagi, ini waktu normal ya. Nah kebetulan kemarin kan saya mendaki pas malam hari, jadi saya gak ngeh mana pos 1, pos 2, memang gobs.
Dengan segenap perjuangan, maka sampailah kami di puncak. Sudah ramai tenda saat itu. Kami mencari tempat yang tepat untuk mendirikan tenda. Setelah urusan tenda kelar, kami menghangatkan diri sebentar dengan minuman hangat untuk selanjutnya beristirahat. Iya, kebetulan saya tidak bisa tidur malam itu. Jadinya masih sadar dengan keramaian sekitar. Bahkan saya sempat mendengar azan subuh yang berasal dari notifiksi HP milik tenda sebelah. Sudah waktu subuh, tapi saya belum beranjak *astagfirullah. Baru ketika pukul 5, teman saya bangun dan mengajak salat.
Pas banget setelah salat subuh, ufuk timur menampakkan kilau emasnya. Sunrise. Dramatis banget sih proses terbitnya. Jadi inget sunrise di Mui Ne, pas hujan tapi tetep kelihatan sunrise. Memang luar biasa :D
Baca juga Nekat Hujan-hujanan Demi Sunrise Trip Mui Ne
Kami mencari informasi mengenai upacara bendera yang akan dilaksanakan di Gunung Pundak ini. Sudah ada banner peringatan upacara tapi belum ada tanda-tanda dimulai. Selang beberapa lama, ada pengumuman menggunakan megaphone yang mengabarkan bahwa upacara akan dimulai pukul 8 pagi.
Mendekati pukul 8, kami bersiap menuju lapangan yang ditunjuk untuk tempat upacara. Petugas upacaranya adalah orang-orang Tahura (taman hutan raya) dan kumpulan berbagai komunitas pecinta alam. Upacara berlangsung hikmat, beberapa peserta sempat mendokumentasikan momen upacara ini. Setelah selesai upacara, kami diajak foto bersama dan dibagikan bendera kecil. Kami gak ikutan foto bareng karena bubar duluan hehe.
Overall, pengalaman yang berarti banget sih mendaki gunung sekaligus mengikuti upacara kemerdekaan di puncak Pundak. Worth to try. Capek sih, tapi gak kapok kok.
NB: Sumber link foto tertera di caption. Kalau yang gak ada link, berasal dari jepretan saya dan teman saya. Kebanyakan jepretan temen saya sih, hehe. Ya mohon maaf, gak modal haha
Sungkem
Keep passionately happy :)
![]() |
karena mendaki malam hari, gak sempat foto. Nyomot dari sini |
Pendakian dimulai. Saya merasakan jalan bebatuan yang menanjak. Mulanya lancar saja. Jika saya bandingkan dengan pendakian saya sebelumnya, Kawah Ijen, tentu Pundak lebih menantang. Medan di Kawah Ijen lebih halus, dan relatif lebih mudah bagi saya. Di Gunung Pundak ini saya banyak berhenti untuk rehat sejenak. Sementara ketika di Kawah Ijen, berhenti ketika teman yang lain rehat. Sepertinya saya kepedean bisa mendaki Pundak karena merasa bisa di Kawah Ijen. Dasar.
Tidak butuh waktu yang lama sebenarnya untuk mendaki Pundak ini. Hanya saja personil pendakian ini terdapat dua cewek, jadinya ketambahan waktu berhenti rehat. Bagi saya yang pemula ini, di pertengahan mendaki rasanya semakin berat. Saya berusaha mengafirmasi diri agar bisa tetap bertahan hingga mencapai puncak nantinya. Untuk menuju pos 1 saja normalnya hanya butuh waktu 15 menit dari pnedakian awal. Kemudian dari pos 1 ke pos 2 membutuhkan waktu sekitar 30 menit. Lanjut dari pos 2 ke pos 3 memakan waktu 15 menit. Setelah itu, Sekali lagi, ini waktu normal ya. Nah kebetulan kemarin kan saya mendaki pas malam hari, jadi saya gak ngeh mana pos 1, pos 2, memang gobs.
Dengan segenap perjuangan, maka sampailah kami di puncak. Sudah ramai tenda saat itu. Kami mencari tempat yang tepat untuk mendirikan tenda. Setelah urusan tenda kelar, kami menghangatkan diri sebentar dengan minuman hangat untuk selanjutnya beristirahat. Iya, kebetulan saya tidak bisa tidur malam itu. Jadinya masih sadar dengan keramaian sekitar. Bahkan saya sempat mendengar azan subuh yang berasal dari notifiksi HP milik tenda sebelah. Sudah waktu subuh, tapi saya belum beranjak *astagfirullah. Baru ketika pukul 5, teman saya bangun dan mengajak salat.
![]() |
titik kecil gerombolan manusia dan kumpulan tenda |
Pas banget setelah salat subuh, ufuk timur menampakkan kilau emasnya. Sunrise. Dramatis banget sih proses terbitnya. Jadi inget sunrise di Mui Ne, pas hujan tapi tetep kelihatan sunrise. Memang luar biasa :D
![]() |
sunrise! Maaf Mas, masuk frame :( |
Baca juga Nekat Hujan-hujanan Demi Sunrise Trip Mui Ne
Kami mencari informasi mengenai upacara bendera yang akan dilaksanakan di Gunung Pundak ini. Sudah ada banner peringatan upacara tapi belum ada tanda-tanda dimulai. Selang beberapa lama, ada pengumuman menggunakan megaphone yang mengabarkan bahwa upacara akan dimulai pukul 8 pagi.
![]() |
Pengibaran bendera |
Mendekati pukul 8, kami bersiap menuju lapangan yang ditunjuk untuk tempat upacara. Petugas upacaranya adalah orang-orang Tahura (taman hutan raya) dan kumpulan berbagai komunitas pecinta alam. Upacara berlangsung hikmat, beberapa peserta sempat mendokumentasikan momen upacara ini. Setelah selesai upacara, kami diajak foto bersama dan dibagikan bendera kecil. Kami gak ikutan foto bareng karena bubar duluan hehe.
![]() |
Dikasi bendera kecil :D |
Overall, pengalaman yang berarti banget sih mendaki gunung sekaligus mengikuti upacara kemerdekaan di puncak Pundak. Worth to try. Capek sih, tapi gak kapok kok.
NB: Sumber link foto tertera di caption. Kalau yang gak ada link, berasal dari jepretan saya dan teman saya. Kebanyakan jepretan temen saya sih, hehe. Ya mohon maaf, gak modal haha
Sungkem
Keep passionately happy :)